Berbagai strategi untuk mengendalikan serangan ulat bulu telah
dikemukakan oleh berbagai peneliti diantaranya adalah dengan menjebak
ulat-ulat bulu tersebut dengan menggunakan senyawa feromon yang disukai
oleh ulat bulu, lalu kemudian ulat-ulat bulu tersebut dimusnahkan. Ada
pula yang mengemukakan konsep tentang natural enemy (musuh alami) yaitu
membiakkan predator (pemangsa) yang secara umum memangsa ulat-ulat bulu
tersebut, guna menjaga keseimbangan alam. Konsep natural enemy
sesungguhnya adalah konsep terbaik untuk menangani kasus ini yaitu
dengan melawan serangan alam dengan kekuatan yang bersumber dari alam.
Akan tetapi ternyata jumlah predator alami (natural enemy) yang terdapat
di alam saat ini jumlahnya jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan
ulat bulu.
Jika ditelusuri lebih lanjut kita tentu perlu mengkalkulasi berapa
investasi biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mensintesis feromon dan
membiakkan kembali predator alami pemangsa ulat bulu yang hampir punah
karena jumlahnya cukup sedikit di alam. Saat ini masyarakat Indonesia
perlu solusi yang lebih cepat, singkat dan tepat untuk mengatasi masalah
tersebut.
Cara untuk mengatasi ulat bulu yang cukup jitu justru ditemukan oleh
seorang petani di kawasan Bogor. Petani ini membuat bioinsektisida alami
untuk membunuh ulat bulu dengan mencampurkan 100 ml minyak wangi, 500
gram tepung kanji dan 20 liter air. Cara ini cukup sederhana bukan?
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh petani tersebut serta
warga setempat dengan menyemprotkan cairan yang telah diberi minyak
wangi dan tepung kanji pada pohon mangga maupun tanaman lain yang
diserang oleh ulat bulu. Diketahui bahwa ulat bulu tersebut akan mati
setelah 15-30 menit disemprot dengan cairan tersebut. Pemanfaatan cairan
ini untuk mengatasi outbreak ulat bulu apabila dihitung dari investasi
waktu dan biaya juga cukup cepat, mudah dan murah dilakukan. Biaya yang
dibutuhkan tidak lebih dari 20 ribu rupiah dan cairan pembasmi ini
diperkirakan mampu digunakan untuk membasmi ulat bulu di wilayah
pertanian maupun perkebunan dengan radius 20 hektar. (Catatan: dengan
asumsi 1 liter cairan untuk setiap hektarnya).
Tentunya anda semua bertanya-tanya apakah yang terjadi pada ulat bulu
sehingga dapat mati “hanya” dengan disemprot cairan yang telah diberi
tepung kanji dan minyak wangi tersebut? Jawabannya sangat sederhana,
perlu anda ketahui pula bahwa dalam bahan wewangian juga terkandung
senyawa-senyawa yang bersifat toksik bagi beberapa jenis serangga.
Senyawa-senyawa itu diantaranya aseton, etanol, etil asetat, fenol,
ester, benzaldehide, karbitol, benzil alkohol, kamper, metilen klorida,
3-butane-2-one, siklopentana-2-benzopiran, Hidrosinamaldehid.
Senyawa-senyawa tersebutlah yang disinyalir mampu mematikan populasi
ulat bulu dengan merusak sistem pencernaan dan sistem saraf.Tenang saja
para pembaca dalam kadar (konsentrasi yang kecil) senyawa-senyawa
tersebut tidak bersifat toksik dan relatif aman apabila terhirup oleh
manusia, akan tetapi yang sangat tidak dianjurkan adalah meminumnya.
Sementara itu pemanfaatan tepung kanji dalam pembuatan cairan ini
diperuntukkan untuk menarik ulat bulu. Hal ini disebabkan tepung kanji
mengandung senyawa pati (amilosa dan amilopektin) yang sangat disukai
oleh ulat bulu sebagai sumber makanan utama yang penting bagi
pertumbuhan ulat bulu tersebut.nt
Sumber : netsains.net
0 komentar:
Posting Komentar