Artikel Terbaru Get our latest posts by subscribing this site

Mengatasi Keasaman Tanah



Untuk mengatasi keasaman tanah sebenarnya sudah sering dilakukan oleh para petani tanpa mereka sadari. Permasalan tanah bukan hanya tentang keasaman tanah (pH tanah) melainkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, akan tetapi kali ini hanya akan membahas tentang cara mengatasi tanah yang asam dan tanah yang basa. 

Mengatasi Tanah Masam:
  1. Pengapuran untuk meningkatkan pH   Untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dilakukan pengapuran. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisir dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara takaran kapur dengan Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, umumnya sekitar 3 t/ha, berkisar antara 1-5t/ha. Kapur yang baik adalah kapur magnesium atau dolomit yang dapat sekaligus mensuplai Ca dan Mg
  2. Pemberian Bahan Organik. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci. Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui pertanaman lorong (alley cropping). Selain pangkasan tanaman dapat menjadi sumber bahan organik tanah, cara ini juga dapat mengendalikan erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman Flemingia sp. dapat meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation serta menurunkankejenuhan Al. Petani menyadari bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut mereka, pengaruh pupuk organik dalam memperbaiki kesuburan tanah kurang spontan akan tetapi pengaruhnya lebih tahan lama. Sedangkan pupuk buatan pengaruhnya spontan akan tetapi hanya tahan beberapa minggu atau bulan. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk hijau, kotoran ternak, bagas, dan sebagainya. Berdasarkan pengalaman bahwa pengusahaan tanaman semusim yang sebagian besar biomasanya tidak dikembalikan, lebih cepat menguras zat makanan yang ada di tanah, mereka mulai belajar mengembalikan sisa-sisa panen ke lahan.
  3. Pemberian Pupuk Phospat. Unsur P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah masam. Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburantanah dan meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya menggunakan pupuk P yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut mudah larut dalam air sehingga sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan Fe yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Fosfat alam dengan kandungan Ca setara CaO yang cukup tinggi (>40%) umumnya mempunyai reaktivitas tinggi sehingga sesuai digunakan pada tanah-tanah masam. Sebaliknya, fosfat alam dengan kandungan sesquioksida tinggi (Al2O3 dan Fe2O3) tinggi kurang sesuai digunakan pada tanah-tanah masam.
  4. Pengaturan sistem tanam. Pengaturan sistem tanam sebenarnya hanya bersifat untuk mencegah keasaman tanah atau mencegah kemasaman tanah yang lebih parah.
  5. Pemberaan. Untuk mempertahankan kesuburan tanah, petani memberakan lahan [Bahasa Jawa: bero] atau membiarkan semak belukar tumbuh di lahan yang telah diusahakan beberapa musim. Menurut mereka, tanaman akan tumbuh lebih baik pada lahan yang sebelumnya diberakan. Bera dengan hanya mengandalkan suksesi alami memerlukan waktu lebih lama untuk mengembalikan kesuburan tanah.
  6. Tumpanggilir. pengusahaan satu jenis tanaman semusim saja selama tiga tahun berturut-turut menyebabkan tanah menjadi “kurus” dan “cepat panas”. Menurut pengamatan petani, jenis tanaman pangan yang banyak menguras zat makanan dalam tanah [Bhs.Jawa : ngeret lemah] adalah ubikayu, ketela rambat dan kacang tanah.
  7. Tumpangsari. Beberapa petani juga melakukan tumpangsari di lahan mereka. Pada umumnya dasar keputusan petani untuk memilih sistem tumpangsari adalah karena alasan ekonomi, bukannya kesadaran untuk mempertahankan kesuburan tanah. Misalnya pendapatan petani dari hasil tumpangsari jagung dan padi ternyata lebih besar dari hasil jagung atau padi monokultur.
  8. Pencegahan erosi. Pada dasarnya petani menyadari pentingnya pencegahan erosi di lahan mereka, terutama pada lahan yang curam. Beberapa usaha yang telah dicoba adalah dengan membuat guludan sejajar kontur atau menggunakan batang pohon yang ditebang pada saat pembukaan lahan sebagai teras-teras akan tetapi karena intensitas curah hujan yang tinggi serta struktur tanah yang kurang mantap menyebabkan guludan tersebut mudah longsor. Sebagian petani ada yang membuat guludan tegak lurus arah kontur, sehingga air limpasan bisa mengalir lebih cepat. Cara ini memang bisa mengurangi kerusakan guludan dan mempercepat pematusan karena tanaman tertentu tidak menyukai tanah yang terlalu basah, tetapi pengikisan tanah (erosi) tetap terjadi.
  9. Pemberian Mikroorganisme Pengurai. Terdapatnya bahan organik yang belum terurai juga akan menyumbangkan tingkat keasaman tanah, pristiwa ini sering maspary lihat pada tanah-tanah sawah yang terlalu cepat pengerjaannya. Pemberian mikroorganisme pengurai akan mempercepat dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga akan membantu ketersediaan dan keseimbangan unsur hara. Selain itu perombakan bahan organik juga akan menyeimbangkan KTK tanah.
Mengatasi Tanah Basa
Untuk mengatasi tanah-tanah basa bisa dilakukan dengan cara pemberian sulfur atau belerang. Pemberian belerang bisa dalam bentuk bubuk belerang atau bubuk sulfur yang mengandung belerang hampir 100 % .  Pemberian pupuk yang mengandung belerang kurang efektif jika digunakan untuk menurunkan pH. Beberapa pupuk yang mengandung belerang yang bisa digunakan antara lain ZA ( Amonium sulfat ), Magnesium sulfat, Kalium sulfat, tembaga sulfat dan seng sulfat. Pemberian bahan organik/ pupuk organik juga bisa membantu menormalkan pH tanah.

Yang perlu diperhatikan dalam merubah pH tanah tidaklah semudah membalikkan tangan, tidak akan selesai dalam waktu satu atau dua minggu saja akan tetapi harus dilakukan terus-menerus dari musim kemusim secara terarah baik dalam pengapuran maupun pemupukannya.NT

Cara Merawat Cabai / Musim Penghujan




Cara merawat cabai di musim hujan sebenarnya sudah sering diulas oleh beberapa ahli dan peneliti. Cabe termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air diperlukan dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan atau kekurangan. Untuk mengantisipasi agar tanaman cabe tidak terancam gagal akibat kelebihan air pada musim hujan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1.    Perbaikan saluran pembuangan air. Agar air tidak tergenang di sekitar pertanaman cabe pada saat musim hujan, maka saluran pembuangan air perlu diperbaiki, sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Saluran pembuangan air yang tidak lancar juga dapat memicu berkembangnya hama dan penyakit tanaman cabe.
2.    Pembuatan bedengan tanaman yang lebih tinggi. Pada musim kemarau tinggi bedengan biasanya cukup sampai dengan 50 cm, namun pada saat musim hujan bedengan tanaman perlu dibuat lebih tinggi. Tinggi bedengan dapat dibuat menjadi 60 – 70 cm. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelembaban tanah akibat banyaknya air di musim hujan.
3.    Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar. Petani yang sudah berpengalaman pada musim hujan, biasanya mengatur jarak tanam menjadi 60 x 70 cm dengan pola zig-zag / segitiga. Dengan jarak tanam yang lebar cahaya matahari dapat leluasa masuk ke sekitar tanaman cabe, sehingga kelembaban udara yang tinggi dapat dikurangi. Meskipun jumlah populasi tanaman cabe menjadi berkurang, namun dapat mempermudah pemeliharaan tanaman dan memberikan iklim mikro yang lebih baik.
4.    Penggunaan mulsa plastik hitam perak. Untuk mengontrol kelembaban tanah serta mengurangi penyebaran penyakit karena percikan tanah yang terkena hujan maka diupayakan melalui penggunaan mulsa plastik hitam perak.
5.    Pemantauan perkembangan OPT secara intensif. Perkembangan OPT baik hama maupun penyakit sangat cepat pada musim hujan karena cuaca yang mendukung perkembangannya. Oleh karena itu aturlah pemantauan perkembangan OPT ini sejak awal untuk mengantisipasi dan mengendalikan OPT secara intensif terpadu.
6.   Pembersihan sekitar areal pertanaman dari rerumputan liar, gulma atau tanaman lainya yang bisa menjadi inang / tempat hidup sementara bagi hama / penyakit.
7.  Menggunakan pestisida dengan bahan perekat dan perata untuk mengendalikan hama/penyakit. Penggunaan bahan perekat dan perata seperti Agristic yang dicampurkan dengan pestisida menyebabkan penggunaan pestisida lebih efisien karena tidak mudah tercuci oleh air hujan dengan intensitas tinggi. Untuk penggunaan bahan perekat perata lainnya dapat dipakai dengan rekomendasi petugas teknis atau penyuluh pertanian setempat.
8.  Menggunakan naungan plastik/paranet sebagai pelindung tanaman. Untuk mengurangi terpaan air hujan dengan intensitas tinggi, anda bisa menggunakan naungan plastik atau paranet. Penggunaan naungan plastik bisa berbentuk rumah plastik sederhana (green house) maupun berbentuk naungan memanjang sepanjang bedengan tanaman. Dalam hal penggunaan naungan plastik/paranet ini tentu saja sebelumnya anda harus memperhitungkan terlebih dahulu untung rugi dari segi pembiayaanya.NT

Temukan Kami Di Facebook

 
Support : Your Link | Kontak Kami | Your Link
Copyright © 2017. NusaTani.com - All Rights Reserved