Artikel Terbaru Get our latest posts by subscribing this site

Teknik Budidaya Cabai





Banyak sekali cara/ Teknik Budidaya Cabai dilakukan oleh para petani, diantaranya adalah metode versi Nusatani yang akan sedikit diulas sebagai berikut :

1.   Pengolahan Tanah
Dapat dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25-30 cm hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu biarkan 7-14 hari untuk mendapatkan sinar matahari/penyinaran.

Pembuatan Bedeng
-      lebar bedeng 100 – 120 cm
-      tinggi bedeng 20 – 30 cm
-      jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm . arah bedeng memanjang ke utara selatan .

Jarak tanaman cabai rawit sebagai berikut
-      50 x 100 cm
-      60 x 70 cm
-      50 x 90 cm

Cara pembuata jarak tanaman
a.   Pasang tali kenca (pelurus) sejajar dengan panjang bedeng, kira-kira 10 cm dari tepi bedeng
b.   Ukur jarak tanaman yang diinginkan pada sepanjang tali kencana tersebut
c.   Buat lubang tanaman sesuai dengan jarak tanaman tersebut , kemudian beri pupuk dasar.

2.   Pesemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau calon tanaman yang baik.
Adapun tahapan pesemaian adalah sebagai berikut :
a.   Membuat bedeng atau tempat pesemaian, ukuran bedeng pesemaian sebagai berikut :
-      - lebar bedeng 1 – 1,2 m
-      - panjang bedeng 3 – 5 m
-     - tingi bedeng 15 – 20 cm

b.   Penyemaian benih
Kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar 300 – 500 benih. Sebelum benih disemai atau ditabur, tempat pesemaian disiram merata. Beberapa cara menyemai benih cabai rawit sebagai berikut :
-      - Semai bebas atau ditabur merata
-      - Semai dalam baris
-      - Semai berkelompok

3.   Penanaman
Bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan segera ditanam. Penanaman sebaiknya pada sore hari agar tanaman tidak layu
ciri – ciri bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :
-      Telah berumur satu bulan
-      Tidak terserang hama dan penyakit
-      Pertumbuhan tanaman seragam

Cara Penanaman :
-      Siram bibit yang akan ditanam
-      Pilih bibit yangakan ditanam
-      Lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit
-      Padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah

4.   Pemeliharaan Tanaman

a.   Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan keadaan tanah .

b.   Penyiangan
Bersihkan gulma secara rutin.

c.   Pemupukan
Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar adalah :
-      urea = 200 kg
-      TSP = 200 kg
-      KCL = 150 kg

d.   Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabai rwit adalah sebagai berikut :
- Tungau marah
- Kutu daun berwarna kuning
- Kutu gurem atau thrips.

Atau baca juga hama pada cabai dan cara mengatasi keriting pada cabai

Hama pada Tanaman Jeruk


Penyebab: Cendawan Corticium salmonicolor Berk.&Br.

Gejala:
-  Bagian batang, cabang  atau ranting terlihat dilapisis oleh benang benang mengkilat seperti sarang laba-laba (Stadium membenang)
-      Cendawan berkembang terus masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk
-      Daun-daun menjadi gugur, ranting dan cabang yang terserang dapat mengalami kematian, terdapat bintil-bintil spora (stadium membintil).
-   Pada stadium lanjut warna merah jambu (stadium kortisium)  berubah menjadi abu-abu dan dilapisi miselium membentuk bercak-bercak tak beraturan atau seperti kerak (stadium nekator)
Penyebaran terjadi karena kelembaban yang tinggi pada ranting/cabang, adanya percikan air, pengairan atau hujan.

Pengendalian:
1. Kultur Teknis
-      Menjaga kebersihan kebun dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi,
-      Potong/buang bagian tanaman yang sakit. Pemotongan dilakukan pada bagian tanaman yang sehat, + 5 cm dari batas bagian tanaman yang sakit dan sehat. Luka yang terjadi ditutup dengan bahan penutup luka,
-      Potongan bagian tanaman yang sakit dikumpulkan dan dibakar.

2. Kimiawi
-      Melabur bagian tanaman sakit dengan fungisida bahan aktif Copper atau memebuat bubur kalifornia (belerang dan kapur) sendiri kemudian melaburkannya.NT


Sumber : Anas AC/FB (Lab. Pengendalian Hama & Penyakit Kabupaten Banyumas).

Puntung Rokok sbg Insektisida Nabati Pembasmi Ulat Kubis & Busuk pada Cabai



Dikutip dari viva.co.id, kelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta menemukan peluang pemanfaatan puntung rokok sebagai insektisida nabati.

Dari hasil riset selama 1,5 bulan, dengan membandingkan antara puntung rokok dan ekstrak daun pepaya terhadap jumlah kematian Plutellaxylostella (ulat kubis), ternyata puntung rokok lebih unggul mempercepat mortilitas (kematian) hama tersebut.

Salah seorang mahasiswa peneliti, Martha Lina, mengatakan prosedur penelitian ini diketahui dari penyemprotan insektisida nabati puntung rokok dan ekstrak daun papaya, dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Dari penelitian diketahui bahwa ekstrak puntung rokok mengakibatkan 100 persen tingkat mortalitas hama yaitu sebanyak 21 ekor ulat kubis dalam kurun waktu tiga hari, sedangkan ekstrak daun pepaya, hanya mengakibatkan 65 persen atau sebanyak 14 ekor ulat mati dalam kurun waktu 5 hari.

“Puntung rokok ada senyawa alkoida dari daun tembakau. Dengan kata lain, nikotin dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan insektisida,” ujar Martha, Selasa 3 Maret 2015.

Menurut dia, kebutuhan insektisida dalam bidang pertanian terus mendorong untuk mencari bahan dasar pembuat aninsektisida termasuk senyawa nikotin.

Peneliti dari Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Waktu yang diperlukan selama 4 bulan sejak bulan Juli sampai Oktober 2011, rancangan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) untuk penelitian secara (invitro) Jumlah perlakuan ada 10, masing-masing perlakuan diulang 3kali, perlakuan yang dicoba adalah ekstrak puntung rokok non filter merek A dan B, dengan konsentrasi 20%, 25% dan 30 %. 

Faktor yang dicoba adalah Pertumbuhanjamur pada medium PDA, Kepadatan populasi konidium dan Persentaseperkecambahan konidium, bahan terbaik secara in vitro dicoba pada perlakuansecara (in vivo) dengan rancangan Jumlah perlakuan ada 12 masing-masing diulang 6 kali, perlakuan yang dicoba adalah perendaman 5 menit, 7 menit, dan 10menit. (RAK), variabel yang diamati Masa inkubasi, Luas gejala, Intensitaspenyakit dan keefektifan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak puntung rokok dan
tembakau rajangan mampu menghambat perkembangan perkembangan jamur C.capsici. Ekstrak tembakau rajangan dengan konsentrasi 30% secara in vitro terlihat paling baik dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur Colletroticum capsici.

Dengan temuan itu, ia optimis bila dikembangkan lebih lanjut maka sampah puntung rokok juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian.NT

Sumber: viva.co.id  
http://faperta.unsoed.ac.id/

Temukan Kami Di Facebook

 
Support : Your Link | Kontak Kami | Your Link
Copyright © 2017. NusaTani.com - All Rights Reserved